Kapan terakhir punya temen baru?
Malu tapi Maju ke-9 | 1 Gambar tangan, 2 visuals, 3 hal menarik.
Sori bentarrr sebelum masuk ke program mingguan, gue butuh bantuan! Gue mau launch sesuatu di awal december, dan lagi nyari visual identity yang pas untuk sesuatu ini. Lagi bingung mendingan pakai bahasa indonesia apa bahasa inggris ya di visualnya?
Boleh tolong comment sukaan yang mana di kolom comment substack ini? 3 orang beruntung yang comment ntar tak kasih akses gratis worth 399k/tahun.
Ok lanjut~
Kapan terakhir punya temen baru? Kalau gue minggu lalu.
Dua orang pula temen barunya. ((sungguh bangga)) Kayaknya rekor deh di umur 30an ini.
Makin kesini makin yakin, bahwa gue tipe orang yang sungguh cupu untuk networking di conference gede, tapi lumayan nyaman kalau untuk berteman 1-on-1, sambil ngopi atau makan.
Sekarang juga makin yakin lagi, bahwa kalau gue udah nyaman reply-replyan di social media, biasanya tingkat keberhasilan pas ketemuan offline, hampir 99%.
Kenapa gue bahas success rate? Karena ternyata aktifitas menambah teman baru itu sungguh adalah sebuah investasi waktu. Gimana nggak? Kalau nggak ada shared activities sama mereka, berarti kemungkinan besar lo harus pakai waktu di luar jam kantor. Jam yang sebenernya bisa dipakai untuk main game, leyeh-leyeh atau olahraga. Belum lagi kalau yang udah punya anak, wah, ga kebayang.
Makanya, penting untuk yakin bahwa temen baru ini orangnya nyambung sama kita. Bayangin lo udah jalan dari kantor teng-go, buru-buru naik grab bike supaya bisa nyelap-nyelip kemacetan, sampe di lokasi eh anaknya udah sombong, kasar sama pramusaji, ngomongnya tinggi-tinggi betul pula. Ew.
Tapi gue bersyukur karena 2 temen baru gue ini sungguh baik-baik banget. Ga ada agenda, eh ada deng, gue ngajaknya temanya untuk gue belajar sih. Tapi ga ada tuh agenda mau jualan, ngajak collab, etc. At least di gue ga ada niat itu.
Pas ngobrol seru banget. Mungkin karena posisi kita mirip, jadi keresahan-keresahannya mirip atau bahkan sama. Dari berbagi keresahan ini, gue ngerasa kita jadi bonding.
Gue masih inget banget pas salah satu dari mereka cerita tentang struggle-nya launching sesuatu untuk pertama kali - semua yang diomongin mirip sama yang gue rasain. Ada juga yang cerita tentang struggle di bisnis yang udah berkembang jadi lumayan besar, yang pas dia cerita, gue dalam hati ngomong “ini ya rasanya punya temen seperjuangan?” wjkwkwk lebay.
Dan mungkin itu kuncinya ya. Di umur 30an ini, temenan ga cuma soal live music-an bareng, tapi juga soal meaningful connection. Tentang ketemu orang yang bisa bikin kita grow, yang bisa jadi temen diskusi, yang bisa kasih perspektif baru, yang kita bisa saling belajar dari satu sama lain. Dalam konteks investasi, ROI-nya (return on investment) gede kalau ketemu orang yang tepat.
Buat lo yang lagi mikir "kayaknya gue butuh temen baru deh...", mungkin ini tips yang bisa gue share: mulai aja dari mutual connection di social media yang sering bikin lo mikir "interesting banget nih orang" atau “lah kok pikirannya sama yak”.
Reply tweet atau story mereka, engage di conversation yang meaningful (bukan cuma "wah keren!" terus udahan), and see where it goes. Mudah-mudahan, worst case lo nggak dibales aje. Best case? Lo dapet temen sharing yang bisa nemenin journey lo ke depan.
Saya setuju sama ini:
Salah satu funnel untuk jadi referensi yang mau bikin personal brand. Yang ini kalau mau serius banget sih, beliau ini untuk ngejalanin funnel ini udah punya tim. Tapi prinsip-prinsipnya bisa kita pake kok menurut gue.
Great framework to empower people.
— Apprentice: learning how to do things
— Qualified: doing things
— Proven: doing things and making sure they are done well
— Empowered: knowing what needs to be doneby:
Source: geni.us/FjMKCHAnother storytelling content. Never enough. W masih belajar terus.
Video ini bagus banget, karena ngebreakdownnya bagus dan niattt. Monggo ditonton.
This is fun to read!
Terima kasih udah baca sampai habis. Salah satu tips dari temen baru gue adalah ngajak ngobrol pembaca/audience/followers(ga suka term ini gw). Menurut gue itu ide bagus!
Berikut link untuk book video call sama gue, ga ada agenda, ga ada ekspektasi. Ngobrol ngalor ngidul aja 20 menit.
Book disini:
https://calendar.app.google/KQn2wBf3VM5XyxGr6
Semoga isi newsletter kali ini berguna, atau menghibur atau sekedar untuk spik-spik ke kolega atau bosmu ya.
Siapa tau lo mau value lebih:
Free Content Pillar generator:
https://contentpillar.id/ (Free)
Resources untuk manage Imposter Syndrome: https://bit.ly/managing-imposter (Free)
Belajar Marketing Foundation lewat pre-recorded course: https://clicky.id/botakasu/marketing-foundation (Paid)
Lebih catchy discover your true voice.. sekali baca langsung dapet idea nya.
Kalau pakai term temukan suara aslimu kurang smooth.. kurang nangkep pesan yg mau disampaikan. terdengar macam generate dari google translate :(
Hi mas, lebih suka yang bahasa Inggris karena lebih cohesive sama visualnya. Mungkin karena bapak-bapaknya pada pakai top hat dan three-piece suits, dan itu Western style banget. Terima kasih untuk newsletter nya mas, something I always read every Monday!
Mengenai teman baru, akhir-akhir ini aku lagi suka pakai aplikasi TimeLeft.. dinner with strangers every Wednesday 8pm. Jujur, seru banget karena ketemu orang-orang you wouldn't normally meet everyday dan selama 2 jam ngobrol ngalor ngidul tanpa HP. Oiya, penting banget: orang-orangnya gak creepy. So far. Must try!