Personal Branding itu kayak pohon
Malu tapi Maju ke-42 | 1 Gambar tangan, 2 visuals, 3 hal menarik.
Micro essay ini adalah hipotesa gue tentang personal branding. Work in progress. Coba kasih pendapat di comment yak!
Menurut gue, personal branding itu kayak foto pohon. Pohon benerannya adalah hidup lo: 3 dimensi, penuh tekstur, dan permukaan yang ga sempurna.
Akar itu adalah central narratives kita, terbentuk dari kejadian-kejadian besar dalam hidup. Titik balik. Trauma yang terselesaikan, atau belum.
Batang adalah ekspertise kita yang udah teruji. Misalnya, dari kerjaan atau apa yang kita pelajari.
Dahan adalah passion kita. Hobi kita. Sesuatu yang bikin kita senang. Kita mau ngelakuin hal tersebut tanpa dibayar.
Daun adalah uniqueness kita. Apa yang bikin kita aneh. Apa yang bikin kita beda dari yang lain. Daun ada yang gugur, ada yang stay. Jadi ga aneh kalo ternyata uniqueness kita ganti. Akarnya mah tetep.
Buah adalah objective dari kita melakukan personal branding ini. Apakah duit, apakah authority, apakah koneksi, etc etc. ((Bagian ini masih aneh, harusnya mah buah itu untuk yang datang yak, bukan buat kita. Mungkin akan gue ga masukin nanti, mikir-mikir dulu))
Semua itu kayak pohon 3 dimensi yang sangat beragam tekstur dan bentuknya. Tapi personal branding adalah kayak ngefoto pohon, jadinya 2 dimensi, in a way that’s most beneficial to reach your goal. Gak semuanya ditampilin. Sebuah kurasi, sebuah framing. Karena cuma foto, pasti ada yang gak kebawa. Itu wajar. Yang penting sadar trade-offnya, mana yang lo sembunyiin, mana yang lo tonjolin.
nah:
Kayak pohon yang umurnya masih kecil, akarnya masih sedikit, batangnya belum tebal, dahannya masih sedikit, daunnya masih jarang-jarang. Pilihan framing/foto lo belum banyak. Lo bisa fokus ke batang + dahan yang paling hidup.
Semakin pohonnya gede, lo bisa ganti angle: pangkas daun yang ganggu, tonjolin dahan yang satunya, atau ekspose akar yang kemarin-kemarin belum keliatan.
tes fotonya: orang suka nggak liat fotonya? mereka paham lo lagi nanem apa? kalo iya, lanjut. kalo nggak, ubah framing fotonya, jangan pura-pura jadi pohon lain.
Is Rizz the new skill to learn in this AI age? Gue belajar banyak banget dari artikel ini, sekaligus mengkonfirmasi beberapa hipotesa gue. Layak untuk jadi 1 artikel yang kamu baca minggu ini.
Sobering thoughts. Silakan tonton kalau mood lagi enak, punya waktu untuk merenung dan ponder around.
Gue lagi mau belajar cara ngajar. Ketemu dengan beliau, Barbara Oakley. Talks ini tentang manfaatin gen AI untuk bantu kita belajar. ((hint: bantunya dengan metafora))
Semoga isi newsletter kali ini berguna, atau menghibur atau sekedar untuk spik-spik ke kolega atau bosmu ya.
Kalau lo mau value lebih:
Tools untuk bikin customized Personal Branding Strategy + Content Ideation Generator + Courses:
https://personalbranding.id/ (Paid)
Free Content Pillar generator:
https://contentpillar.id/ (Free)
Resources untuk manage Imposter Syndrome: https://bit.ly/managing-imposter (Free)
Belajar Marketing Foundation lewat pre-recorded course: https://clicky.id/botakasu/marketing-foundation (Paid)
Lumayan oke sih karna masih bisa dibayangkan pohonnya, walau ujungnya ada yang nyangkut mengenai "objective as a buah" ehehe. Apakah "buah" itu malah bisa jadi output dari si foto pohon itu? atau malah berbeda. . .