Perjalanan "Siapa Saya?" yang Nggak Pernah Berhenti
TEST 123 ke-14 | 1 Gambar tangan, 2 visuals, 3 hal menarik.
Open rate email newsletter ini pertama kalinya turun dibawah 50% di post ke-13 kemarin pas bahas pemilu. Hahahhaa, mohon maaf, mari kita lanjut ke regular programming. Maaf nih post kali ini rada wall of text, kurang coherent dan runut, karena nulisnya rada emosional, dan ga sempet ngedit.
Gue ga tau lo gimana, tapi kalo gue nemu quiz-quizan yang setelah kita jawab beberapa pertanyaan dia akan ngeluarin hasilnya kita masuk ke kategori apa, gue pasti akan langsung ikutan hahaha.
Yang terakhir gue coba ini nih: what cake r u?
Kayaknya nggak gue doang yang gitu ya? Mungkin itu kenapa tiap ada quiz ginian selalu rame dan viral. Kenapa paslon siapa masuk House apa di Hogwarts itu rame. Kenapa MBTI rame, Enneagram rame, Zodiac rame.
Hipotesa gue, karena kebanyakan manusia belum tau dirinya itu siapa/kayak gimana, dan manusia ga suka ketidak pastian, jadi mendingan kelompokin gue aja kayak gimana deh, kalau ada yang bisa bilang dengan pasti gue kayak gimana, akan lebih baik deh. INFP, Aries, Enneagram type 7? Great! Itulah aku.
Tapi gue pikir, kita sebagai manusia lebih kompleks dari itu.
Cerita dikit: gue kayaknya baru lumayan mengenal diri gue itu di umur 29? Itu itungannya lama nggak ya? Kalau itu itungannya lama, ya mungkin karena gue ada beberapa trauma dari masa kecil yang lumayan ruwet. Trauma itu menyebabkan sifat gue jadi sesuatu, yang menyebabkan gue berbuat jahat ke orang lain, yang menyebabkan trauma dan depresi, dst dst. Woah ribet ya? wkwkwkwkwkkw. Itulah gue.
Ribet emang coy. INFP, Aries, Enneagram type 7 ini ga ada sangkut pautnya dengan siapa gue hahaha. It took lots of years, naik gunung, scuba diving di Alor dan Komodo, lots of therapy, baik yang sifatnya ke psikolog, holistic healing, TAT, etc etc. Oh, dan sampe sekarang juga belum selesai. ^_^
Anyway, kayaknya gue udah mau setahun berusaha develop Personal Branding (atau bisa dibaca: ngonten) untuk diri gue sendiri. Jujur, manfaatnya gede banget. Gue ngerasain manfaat positif mulai dari networking sampe bantu dapet client untuk digital marketing agency gue. Yang gue maksud personal branding ini adalah sesuatu yang otentik yak, bukan yang dibikin-bikin, atau pura-pura.
Karena manfaatnya baik, gue nyetanin sahabat gue untuk mulai melakukan personal branding, dan pas gue coba bantuin develop Personal Branding mereka, masalah terbesarnya adalah pas mau mulai. Harus ngepost apa, strength mereka apa, imposter syndrome adalah beberapa hal yang jadi blocker untuk mulai.
Inti dari obrolan ngalor ngidul gue diatas, gue ngerasa personal branding yang dilakukan dengan niat yang baik dan dengan penuh kesadaran itu bisa jadi unfair advantage lo, mau lagi di stage apa hidup lo. Balik lagi, tau siapa diri lo, atau paling nggak, tau apa yang lo suka, apa yang lo jago, uniqueness lo apa, dan tujuan lo melakukan personal branding itu apa akan membantu proses Personal Branding lo.
Thesis gue, ketika AI udah makin jago (dan akan semakin jago) bikin konten, tau siapa diri lo dengan segala keunikannya akan jadi sangat penting untuk bikin lo stands out di lautan manusia.
Dalam kasus gue, tau personal branding gue harus gimana harus melewati proses yang panjang dan iterative. Banyak coaching dan konsultasi bolak balik. Sesuatu yang mungkin ga semua orang mau dan bisa untuk melakukan itu. Padahal menurut gue langkah zero to one ini yang jadi paling penting. Pernah nggak lo mikir, “Eh gue mau mulai personal branding nih, tapi ngepost apa yak?”
Ini adalah problem yang mau gue coba pecahin lewat side project gue. Gimana kalau ada AI yang bisa ngebantu dan ngeguide lo untuk mendiscover dan merekomendasikan personal branding lo berdasarkan lo itu siapa?
Would you be interested? Reply, dm, mention social media gue ya. There might be something special for you ;)
Udah banyak course yang ngajarin gimana cara bikin konten yang baik dan benar. Taktik untuk grow our awareness, engagement dan followers. Tapi bukannya lebih penting untuk tau kita itu siapa dan apa yang mau kita omongin dulu?
Woah. Lots of potential both good and bad. Tapi ya, teknologi wtf.
I love Tim Urban’s Wait But Why karena dia bisa ngejelasin hal yang ribet jadi gampang dicerna. Sebelum nonton ini, kalo kepikiran Apple Vision Pro, gue cuma mikir, wtf apaan si 70 juta, paling jadi product fail. Tapi setelah nonton ini, gue jadi mikir, iya sih ga akan widely adopted, tapi beberapa version kedepan, most likely akan disrupt many things.
Twitter is dead, Long Live Twitter.
Banyak hal yang gue dapet setelah gue rubah point of view gue dari consumer ke creator. Especially on Twitter. Silakan klik linknya untuk guide cara pakai Twitter. Harusnya itu post berbayar anjir, valuenya banyak banget.
Semoga isi newsletter kali ini berguna, atau menghibur atau sekedar untuk spik-spik ke kolega atau bosmu ya.