Satu minggu ini banyak ketemu hal yang seru. Dari hari Rabu remote working di Jogja, ketemu banyak temen baru, ketemu temen lama secara ga sengaja, nonton film bagus sebelum rilis untuk umum yang bikin nangis dan mikir, mampir ke buku akik yang ajaib, karaokean di grab, dan masih banyak lagi.
Dengan materi sebanyak itu, gue punya banyak banget angle untuk tulisan minggu ini. Tapi gue pilih untuk ceritain momen di restoran Masama yang saking hitsnya, harus go show untuk waiting list.
Jadi restoran ini lokasinya di sebelah restoran mediterania, chef dan ownernya sama. Kamil namanya. Kirain warlok (warga lokal) yang nama panjangnya Abdul Kamil, tapi ternyata orang Perancis, yang aslinya tulisan namanya adalah Camille. Lmao.
Udah tuh, ujan-ujan bela-belain jam 8 malem berangkat ke lokasi. Kalo istri udah request, berarti beneran pengen. Biasanya selalu terserah soalnya :)) Fully expecting bakal nunggu, my expectations were low. Spoiler: bener, makanannya biasa aja wkwkwk.
Tapi usaha menembus ujan itu terbalas kontan tan tan, karena ketemu Syifa. Pas kita nunggu sekitar 20 menitan untuk dapet meja, ada live music band gitu. Genre-nya Jazz.
Nggak ada vokalis disitu, tapi ganti-gantian saxophone dan keyboardnya “nyanyi”.
Pilihan lagunya ya standar live music di restoran/lounge, pop top 40 tapi accross the ages gitu? Dari penglihatan gue, ini 3 orang bapak-bapak yang main drum, bass sm sax. Yang main keyboard kayaknya satu cewek, pake jilbab soalnya. Kurus kecil gitu, tapi mainnya wah, heavy weight. Keliatannya hepi banget dia mainnya, soalnya nyengir mulu. “Wah asik juga nih cewek mainnya, kayaknya paling muda juga,” kata gue dalam hati.
Kelar bandnya main, kondisinya kita udah dapet meja. Ditawarin meja indoor yang dingin pake ac, tapi kita milih di luar aja, supaya bisa kedengeran jelas live musicnya. Tepuk tangan, tepuk tangan. Perhatian gue terpecah dari smoked marlin yang enak banget, karena denger suara kejedug gitu.
Ternyata si keyboardist kurus kecil jilbaban itu nabrak tiang kayu di tengah jalan. Abis ngelus-ngelus jidat bentar, dia nyengir lagi.
Buru-buru bassistnya nyamperin dan nuntun syifa jalan ke arah meja kita.
Tadi emang mereka bawain lagunya Raisa, dan kayaknya si Bassist yang kayaknya kakeknya Syifa, entah mengapa ngira istri saya itu Raisa wkwkwk.
Akhirnya kami ngobrol-ngobrol dan makin jelas Syifa itu nggak bisa liat. Tapi ya Allah, pembawaannya riang banget, cara ngomongnya nyenengin, suka bercanda, kayak nggak ada masalah dalam hidupnya.
Akh, meleot hatiku.
Jujur aja, seminggu sebelumnya kayaknya saya lagi sombong-sombongnya deh jadi orang. Walaupun yang disombongin adalah performa bisnis yang ga bagus, cara gue ngomong itu seakan akan tuh kayak “Nih gue, hebat, performa bisnis jelek aja gue nggak apa-apa. I take it by the chin and moved on.”
Sombong + sok kuat.
Ada dua hal yang salah disitu.
Gue ternyata belum sepenuhnya memproses fakta itu, dan gue belum fully ikhlas.
Ya itu gue malah jadi sombong. Mungkin sebagai defense mechanism, biar ga menyakiti hati gue, gue jadiin tameng aja di luar.
Ya either way, entah apanya. Ngobrol sama syifa bikin gue aware akan hal itu. Mungkin pembawaannya yang apa adanya, enteng, kayak nggak bawa beban apa-apa bikin gue sadar beban yang secara nggak sadar gue bawa?
Anyway mohon maaf untuk post minggu ini yang reflektif, semoga masih ada setitik value yang bisa diambil.
Tapi paling nggak, bisa denger dan nonton syifa disini:
Makasih, Syifa.
PS. untuk yang mau nyoba sesuatu yang baru dan intrinsically beneficial untuk dirimu sendiri, cobain ngapainpersonalbranding.com deh.
To the future we surrender. Life’s to live and love’s to love. Cocok untuk refleksi akhir tahun.
Dengan risiko terdengar cringe, saya akan tetap post video ini.
Wise words from my friend (& teacher)
Timely reminder. Siapa tau mau jadi resolusi tahun depan.
Semoga isi newsletter kali ini berguna, atau menghibur atau sekedar untuk spik-spik ke kolega atau bosmu ya.
Siapa tau lo mau value lebih:
Free Content Pillar generator:
https://contentpillar.id/ (Free)
Resources untuk manage Imposter Syndrome: https://bit.ly/managing-imposter (Free)
Belajar Marketing Foundation lewat pre-recorded course: https://clicky.id/botakasu/marketing-foundation (Paid)
Hai kak, sudah lama aku tidak baca newslettermu, dan senang sekali ketika membaca lagi, tulisannya bersifat reflektif. I think reflective content is also important because we can always get and take something from that. So, thank you for this entry.