Tulisan ini untuk pengingat diri gue sendiri.
Jadi gue abis dapet cobaan di bulan puasa kemarin. Nggak bisa gue ceritain lengkapnya sekarang, cuma rasanya kayak dipukul di ulu hati sama prime Mike Tyson. Malem-malem. Dari belakang.
Cobaan kayak gitu efeknya di gue: mules → denial → kesel → sedih → mencoba ikhlas → refleksi mendalam → cari pelajaran dari ujiannya.
Proses dari ‘kesel’ ke ‘mencoba ikhlas’ itu yang paling challenging sih buat gue. Harus ngelewatin beberapa kali kebangun tengah malem dengan baju basah kuyup karena keringet dingin dulu baru bisa. Gue juga lupa turning pointnya apa. Sesuatu di bulan Ramadan itu deh pokoknya.
Beberapa pelajaran yang gue dapet adalah:
Jangan sombong. Self confidence itu butuh. Kebanyakan? Sumber penyakit.
Niat dalam melakukan sesuatu itu penting. Ril, niat itu fondasi. Kalau nggak bener, jadinya cuma fokus sama hasil. Sekali ambruk, ga pengen bangun lagi.
Cobaan/ujian akan selalu ada, kita harus belajar cara ngadepinnya.
Point ketiga ini yang bikin gue mikir. Kalau emang cobaan bakal selalu ada, berarti ini bukan sesuatu yang spesial kan? Rasanya emang super super ga enak dan sakit, tapi kalau kita zoom out, cobaan yang rasanya luar biasa ini sebenernya... ya biasa aja. As in, kejadian normal yang bisa terjadi ke siapa aja, kapan aja.
Pas gue coba belajar tentang gimana cara menghadapi cobaan dari sisi duniawinya, gue ketemu sebuah quotes dari Phil Stutz, psychiatrist yang terkenal cukup nyeleneh:
“Adverse events are supposed to happen. Their existence doesn’t mean there is something wrong with you. There is always an opportunity in a negative event. Developing spiritual skills is more important than getting a good result. “
Paragraf ini lumayan kena buat gue. Sebagai orang yang tiba-tiba dipukul di ulu hati sama Mike Tyson, kita pasti langsung victim mode: on. Kaget, kunang-kunang, pengennya meringkuk dipojokan aja sambil ngata-ngatain si Mike. Tapi bener kata Stutz, ini ga produktif.
Ambil beberapa waktu untuk ngerasain semuanya, lalu kalau udah lebih tenang, coba ambil sudut pandang bahwa cobaan ini adalah sebuah adverse event , yang pasti kejadian ke semua orang. Setelah itu, fokus untuk gimana caranya ambil pelajaran dari kejadian itu, dan action apa yang harus diambil. Gue nulis ini gampang, tapi aslinya ga gampang sama sekali. I feel you.
Kalau secara spiritualnya, dalam proses pembelajaran ini gue dipertemukan dengan sebuah surat dalam Al-Quran, namanya Al-Inshirah. Ada dua ayat yang sangat spesial, yang bikin gue merinding terharu sekaligus menguatkan: So, surely with hardship comes ease. Surely with ˹that˺ hardship comes ˹more˺ ease. Bukan setelah kesulitan ada kemudahan, tapi bersama kesulitan ada kemudahan.
(Video penjelasan makna Al-Inshirah untuk yang mau belajar juga)
Jadi kayaknya, pembelajarannya adalah gimana caranya kita latih diri kita untuk sabar dan ikhlas menghadapi ujian, dan cukup kuat untuk ambil pelajaran dari situ. Karena dari proses pembelajaran ini juga gue baru tau, kalau dalam agama Islam, cobaan itu tanda Tuhan perhatian sama kaumnya. Tanda bahwa kita ada yang harus diingatkan, ada yang harus dipelajari.
Kita mungkin emang nggak bisa kontrol kapan tiba-tiba ada beban apa yang akan muncul. Tapi kita bisa latih mental, hati dan pikiran supaya kita lebih siap di kesempatan berikutnya.
Tulisan ini untuk pengingat diri gue sendiri.
Gue selalu tertarik dengan psikologi. Belajar tentang psikologi dan ke psikolog untuk dapet professional help beneran literally sungguhan mengubah hidup gue. Baru-baru ini gue baca buku dari Phil Stutz, yang ternyata ada documentarynya di Netflix.
Phil Stutz menarik, karena approach dia itu adalah kita harus percaya dengan sesuatu yang spiritual, “something higher”. Which, sependek pengetahuan gue, ga banyak psikolog yang begitu. Ini ada di watchlist gue weekend ini. Ini link artikel yang ngebahas documentary dan didalamnya ada link untuk ke documentary Netflixnya.
601 cara manfaatin Gen AI di dunia nyata. Mungkin bisa jadi reference untuk yang mau nyoba invest di AI untuk bisnis/perusahaannya.
Model terbaru dari openAI bagus banget - o3. Tapi kenapa banyak banget dah, bikin bingung. Artikel ini ngejelasin bedanya.
Semoga isi newsletter kali ini berguna, atau menghibur atau sekedar untuk spik-spik ke kolega atau bosmu ya.
Kalau lo mau value lebih:
Tools untuk bikin customized Personal Branding Strategy + Content Ideation Generator + Courses:
https://personalbranding.id/ (Paid)
Free Content Pillar generator:
https://contentpillar.id/ (Free)
Resources untuk manage Imposter Syndrome: https://bit.ly/managing-imposter (Free)
Belajar Marketing Foundation lewat pre-recorded course: https://clicky.id/botakasu/marketing-foundation (Paid)